Waspada Klithih, Ibu Pegang Peran Penting Untuk Anak Dan Keluarga

17 Januari 2020, oleh: superadmin


LPPI UMY kembali menyelenggarakan pengajian rutin Ibu-Ibu Dosen dan Karyawati Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada Jumat (17/01) kali ini, tema yang diangkat ialah “Anak, Keluarga, dan Klithih” disampaikan oleh Ibu Sri Lestari Linawati, S.S., M.S.I, seorang Pegiat literasi, Penggagas PAUD berbasis alam, Penggagas komunitas BirruNA, serta Pegiat dan Peneliti pada Pusat Studi Keluarga dan Anak Usia Dini Yogyakarta.
Fenomena klithih saat ini memang sedang marak di Jogja dan cukup mengkhawatirkan karena banyak memakan korban jiwa. Mirisnya, para pelaku klithih ini berasal dari kalangan anak usia 15 hingga 17 tahun. Lebih mirisnya lagi, anak-anak yang melakukan klithih ini biasanya berasal dari keluarga yang bermasalah. Demi menuntaskan masalah ini, Sultan akan membentuk pokja atau kelompok kerja yang dikelola oleh Pemda DIY. Rencananya, Pemda DIY ini akan membuat konsep struktur kira-kira bagaimana keluarga tangguh itu atau jika dalam pandangan Islam, bagaimanakah konsep keluarga sakinah seperti yang tertuang dalam QS Ar Ruum ayat 21.
Sejatinya, usia anak-anak adalah usia dimana dunianya adalah dunia bermain. Lantas bagaimanakah jika ibu dari anak-anak itu sendiri adalah ibu pekerja? Cuti melahirkan hanya 3 bulan, padahal ASI eksklusif harus diberikan hingga usia 6 bulan. Ketika cuti sudah habis, otomatis pemberian ASI bisa jadi tidak maksimal. Ketika ibu sudah mulai kembali bekerja setelah cuti, waktu bersama anak juga akan banyak berkurang, sehingga 5 menit waktu bersama anak terasa akan sangat berharga. Anak-anak yang ditinggal bekerja, mau tidak mau juga harus ada yang mengasuh, itulah yang dilakukan oleh komunitas BirruNA. Jadi, ibu-ibu akan tetap merasa aman dan tenang saat meninggalkan anak mereka bekerja. Di sini, anak-anak akan ditemani bermain dan mengeksplorasi diri. Bermain itu mudah, dan tentu saja murah. Benda apa saja bisa dijadikan media bermain, seperti daun-daunan misalnya, yang bisa diperoleh dengan mudah di lingkungan sekitar.
Usia anak-anak memang usia yang sangat krusial karena baik buruknya mereka masih bergantung dengan orang tua, tergantung bagaimana orang tua dan keluarga mengasihi dan memperlakukan mereka. Keluarga, terutama orang tua, memang harus bersabar menghadapi polah dan tingkah laku anak. Apabila anak suka rewel, suka menangis, orang tua harus bersabar menghadapi mereka. Perlakukan mereka dengan penuh kasih sayang dan perhatian, insya Allah segala sesuatu nanti akan indah pada waktunya karena nanti jika mereka sudah mulai beranjak remaja dan besar, pasti mereka akan lebih menurut dengan teman-teman sebayanya daripada orangtua. Inilah salah satu tugas dan peran penting sebagai orang tua, yakni mendampingi dan memberi perhatian kepada anak supaya mereka tidak melampiaskan emosi negatif mereka ke jalanan dan ikut terlibat menjadi pelaku klithih misalnya. Berikan kepedulian dan pendidikan kepada anak karena hakikat pendidikan sendiri adalah pendidikan akhlak; memanusiakan manusia.
Berikut salah satu tulisan Ibu Sri Lestari Linawati, S.S., M.S.I:

https://penulisunisa.unisayogya.ac.id/dukung-sultan-perhatikan-keluarga-tangani-klithih/