Tips Controlling Agar Anak Tidak Candu Gadget

15 November 2019, oleh: superadmin


Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kembali menyelenggarakan kegiatan kajian keislaman bagi ibu-ibu dosen dan karyawati UMY. Kegiatan kali alhamdulillah dihadiri oleh 134 peserta. Agenda ini merupakan kegiatan rutinan yang kali ini dilaksakan pada hari Jumat (15/11) dari pukul 11.00-13.00 WIB di Ruang 101 Gedung G2, Minitheater Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.
Pada kesempatan ini tema yang diangkat adalah mengenai “Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Psikologis Anak” oleh Ibu Wening Wulandaru atau lebih dikenal dengan sebutan “Bunda Wening”, seorang psikolog sekaligus penulis beberapa buku parenting.
Beliau menyampaikan materi dengan sangat komunikatif dan interaktif sebagai berikut.
Pada era digital ini, gadget merupakan hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Fakta menunjukan banyak orangtua membiarkan anak-anaknya mengoperasikan smartphone, bahkan anak-anak masih balita sekalipun. Pada dasarnya gadget dapat berpengaruh secara positif maupun negatif tergantung bagaimana menggunakannya. Smartphone dengan kemampuan cerdasnya mengakses internet dengan tidak terbatas membuat para orangtua harus jeli dan telaten melakukan pengawasan.
Gadget menjadi sesuatu yang asyik bagi anak-anak bahkan orang dewasa dan sangat berpotensi menimbulkan ketergantungan. Di sinilah peran orang tua untuk mengatur pola pada anak agar gadget dapat diarahkan kearah yang bermanfaat positif. Tips dari Bunda Wening yang pertama adalah dengan mengajukan Perjanjian kepada anak mengenai “waktu” bermain gadget. Tujuannya adalah agar anak dapat belajar konsisten dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah ia sepakati. Meskipun anak merengek sekalipun, ingatkan bahwa anak sudah punya jadwal bermain smartphone dan ia wajib menaatinya. Merengek tidak apa, jangan sampai kita berkata, “Benar ya, sekali  ini saja”, ini akan mendidik anak terbiasa untuk tidak konsisten. Intinya, jangan membiasakan anak mendapatkan setiap hal yang ia minta. Sampaikan “Maaf Nak, waktu bermain handphonenya sudah habis, besok lagi”. Apabila anak melebihi waktu yang disepakati, jangan menggunakan raut muka marah. Berikan konsekuensi seperti durasi bermain handphone dikurangi sekian jam atau tidak boleh bermain handphone selama sekian hari. Jangan memberikan hukuman seperti mencuci piring, hafalan dan sebagainya. Jangan membuat perjanjian pada saat anak sedang bermain smartphone karena anak tidak akan mendengarkan, ia jauh lebih fokus pada layar ponselnya. Buatlah perjanjian dengan anak pada waktu khusus, pastikan anak memahami isi dan segala konsekuensinya. Tempel jadwal yang telah disepakati di dinding agar anak dan seluruh orang rumah ingat dengan jadwal tersebut.
Peserta kajian sangat antusias atas materi yang disampaikan Bunda Wening, ditunjukkan dengan disampaikannya beberapa pertanyaan sebagai berikut:

  • Bagaimana cara dan solusi mengurangi ketergantungan terhadap smartphone, dimana anak pada dasarnya sudah punya keinginan untuk lepas dari ponselnya, tetapi statusnya sebagai Mahasiswa menuntutnya untuk selalu menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dan mengerjakan tugas?
  • Bagaimana membangun quality time dengan anak dalam waktu singkat, dengan kondisi ibu bekerja?
  • Bagaimana cara mengajarkan sexualitas education kepada anak?


Berikut tips dan jawaban menarik dari Bunda Wening:
Pada dasarnya mengurangi ketergantungan terhadap apapun berkaitan dengan “Regulasi Diri”. Diri sendiri harus paham apa itu menahan dan apa itu prioritas. Usia di atas 20 tahun, 80% berasal dari dirinya sendiri, 20% berasal dari luar diri. Tips dari Bunda Wening adalah menggunakan terapi kognitif dan behavior. Rasa ketergantungan dapat berubah apabila ia memkasa diri mengubah perilaku, membangun dan membiasakan kebiasaan baru dalam 28 hari, lihat perubahannya.
Dalam kaitannya dengan quality time, apabila tidak memungkinkan untuk quality time, opsinya dapat diganti dengan special time, misalnya 15 menit perhari. Selanjutnya pahami karakter anak, apakah kritis atau ekspresif, bangun komunikasi dengan sebaik mungkin di waktu tersebut dengan memperhatikan jenis karakter anak. Bekerjasamalah dengan bapak untuk membagi waktu. Buat evaluasi, tanyakan kepada anak, “Nak, ibumu seperti apa? apa yg perlu dirubah dari ibu? bapakmu seperti apa? apa yg perlu dirubah dari bapak?”. Indikator keberhasilan komunikasi adalah ketika anak tidak malu lagi berbagi cerita tentang hal-hal yang sebelumnya malu untuk diceritakan kepada orangtua.
Selanjutnya tentang sexualitas education.  Sexualitas education tidak terbatas hanya menjawab pertayaan yang berkaitan dengan reproduksi. Edukasi dapat diajarkan dengan melatih menjaga aurat sedari kecil. Pertama, didik anak untuk tidak malas melepas dan memakai celana di kamar mandi, dukung dengan menciptakan desain kamar mandi ramah anak. Kedua, jangan membuka dan melepas pakaian di depan anak. Ketiga, tanyakan pandangan anak tentang topik yang sedang terjadi di berita atau di lingkungan sekitar berkaitan dengan kasus kejahatan seksual. Selanjutnya sampaikan kepada anak bahwa, “Kamu sangat berharga, seluruh tubuhmu itu milikmu, seluruhnya sangat berharga, jangan biarkan orang lain selain kamu menyentuhnya.”. Selain itu, hal yang penting diperhatikan adalah ketika anak mulai bertanya jangan panik, berikan pertanyaan konfirmasi, bisa jadi anak bertanya tanpa paham apa yang ia tanyakan.
Semoga bermanfaat.
 
-Wrdnida